Memperingati Hari Santri Nasional 2022, Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak Gelar Mujahadah dan Manakiban Bersama

Pada Jumat (21/10/2022) pukul 20:00 WIB, Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak menyelenggarakan Mujahadah dan Manakib bersama dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional 2022 di Masjid an-Nur Pondok Pesantren Futuhiyyah. Acara tersebut dilaksanakan secara internal antara Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah dengan jajaran pengurus dan santri pondok pesantren. Hadir dalam acara tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren; KH. Said Lafif Hakim dan Dewan Pengasuh; Gus H. Fahim Hakim dan Gus H. Faruq Hanif serta didampingi oleh Kyai Abdul Wahid (guru Yayasan Futuhiyyah).

Acara dimulai sekitar bakda jamaah salat isya, dibuka dengan pembacaan manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab Nurul Burhany karangan KH. Muslih Abdurrahman. Hadroh tahlil dibuka oleh Gus H. Faruq Hanif yang kemudian jalannya manakib dan mujahadah diteruskan oleh Kyai Abdul Wahid. Setelah pembacaan manakib, dilanjutkan dengan Mauidhoh Hasanah dan doa yang dipimpin oleh Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah: KH. Said Lafif Hakim.

Dalam Mauidhohnya, Abah Lafif (panggilan KH. Said Lafif) menyampaikan: bahwa santri Pondok Pesantren Futuhiyyah harus selalu istiqomah dalam mengaji dan belajar. Ketekunan santri dalam mengaji dan belajar merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Perilaku tersebut yang dulu diajarkan oleh sesepuh Pesantren Futuhiyyah yaitu Simbah KH. Muslih Abdurrahman. Bahkan menurut penuturan beliau (Abah Lafif), dulu KH. Muslih setelah boyong dari Pesantren Lasem dan diamanahi untuk meneruskan Pesantren Futuhiyyah oleh ayahnya (KH. Abdurrahman), KH. Muslih malah kembali mondok pulang ke Lasem karena masih belum puas dalam menimba ilmu di sana. Perilaku tersebut tentu menjadi contoh, bahwa ketekunan untuk selalu mengaji tidak pernah terbatas oleh waktu, apalagi bagi santri yang masih mukim, yang notabene memang harus dan wajib mengaji.

“Tekun, yang istiqamah, dan jangan neko-neko (macam-macam)!! Walaupun secara zahir para masyayikh dan sesepuh Futuhiyyah sudah wafat, tapi saya yakin berkat hubungan dan koneksi antara guru dan murid, beliau-beliau ini masih tetap mengawasi dan membersamai kita dalam mencari ilmu. Baik Kyai Muslih, Kyai Hakim maupun Kyai Hanif. Makanya kalian semua harus selalu tekun dan mawas diri” pesan Abah Lafif kepada para santri.

Sebelum menutup mauidhohnya, Abah Lafif memberi pesan kepada para santri dalam euforia menyambut Hari Santri Nasional. Beliau mengaku sangat respect dengan adanya perhelatan Hari Santri Nasional, karena bagaimanapun menurut beliau dengan adanya perayaan tersebut adalah untuk menghormati dan memperingati perjuangan para pahlawan santri yang dulu ikut gerakan revolusi mengusir penjajah di Negara Indonesia. Namun pesan beliau:

“Esensi sebenarnya dalam memperingati Hari Santri Nasional adalah dengan tekun dan giat dalam mengaji dan belajar, bukan sekedar Euforia yang berlebihan atau bahkan sampai berbuat sesuatu yang tidak bermanfaat. Karena perjuangan sebagai seorang santri yang sebenarnya adalah dengan terus mengaji dan menyebarkan ilmu agama.” (end)

Leave a Reply