Setelah beberapa minggu melakukan safari dakwah di Indonesia, akhirnya Ulama kharismatik al-Azhar, Syekh Abdul Aziz bin Ahmad al-Syahawi berkunjung ke Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak pada Jum’at (22/7/2022). Acara tersebut dilaksanakan bakda Ashar di Masjid An-Nur Pondok Pesantren Futuhiyyah. Turut hadir dalam acara tersebut para santri, alumni dan masyarakat sekitar wilayah Mranggen, Kabupaten Demak.
Syekh Abdul Aziz al-Syahawi sendiri merupakan mahaguru dalam bidang fikih mazhab syafi’i yang dikukuhkan langsung oleh Universitas al-Azhar, Mesir. Silsilah sanad fikih beliau sangat dekat kepada Imam Muhammad bin Idris as-Syafi’i. Hanya melalui 5 tingkatan sanad beliau sudah sampai kepada Syekh Abdullah as-Syarqawi (guru Syekh Ibrahim al-Bajuri). Oleh karena itu tema safari dakwah beliau di Indonesia adalah muhadarah dan ijazah a’mmah untuk sanad fikih syafi’iyyah.
Selain pakar dalam ilmu fikih, Syekh Abdul Aziz al-Syahawi juga mahir dalam bidang keilmuan Bahasa Arab, seperti: ilmu Nahwu, Shorof, Balaghoh, Arudh dan Qafiyah. Bahkan menurut murid-muridnya, Syekh Abdul Aziz al-Syahawi hafal syair arab hampir 21.000 bait. Termasuk di dalamnya Alfiyyah Ibnu Malik, Alfiyyah as-Sharfiyyah, Hidayatul Adzkiyaa’ dan Jauharul Maknun. Hal ini terbukti dari ceramah yang beliau sampaikan di Pondok Pesantren Futuhiyyah, Syekh Abdul Aziz al-Syahawi memberikan nasihat keilmuan kepada para santri Futuhiyyah dengan banyak menukil syair-syair arab.
Berikut nasihat-nasihat Syekh Abdul Aziz al-Syahawi tentang ilmu yang beliau sampaikan di Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak:
- Bepergianlah untuk mencari ilmu
Bepergian atau merantau merupakan menifestasi dari upaya dan kesungguhan seseorang dalam mencari ilmu. Proses yang sulit akan mewujudkan sifat sabar ketika santri pergi jauh dari rumah untuk menuntut ilmu. Saking istimewanya orang yang berani merantau, Imam as-Syafi’i sampai memuji hal tersebut dalam syairnya:
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضاً عَمَّنْ تُفاَرِقُهُ # وَانْصِبْ فَإِنَّ لَذِيذَ العَيْشِ فِي النَصَبِ
“Bepergianlah, engkau akan mendapat ganti sesuatu yang kau tinggalkan. Berusahalah, karena nikmatnya hidup ada dalam sebuah usaha.”
Syekh Abdul Aziz al-Syahawi mengibaratkan santri yang mau berproses (merantau) seperti kayu oud hindi yang mahal harganya karena diimpor ke Arab Saudi. Kemudian Syekh Abdul Aziz al-Syahawi juga menantang santri Futuhiyyah untuk berani merantau sampai ke al-Azhar, Kairo, Mesir.
- Ilmu yang paling utama adalah ilmu kepada Allah
Syekh Abdul Aziz al-Syahawi menjelaskan bahwa Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang menjadikan pemiliknya takut kepada Allah SWT. Seseorang yang sudah mencapai derajat ini biasa disebut sebagai “Ulama”. Seperti keterangan Al-Qur’an, Surat Fathir:28:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya ialah para ulama.”
Bacaan tersebut yang mashur dalam qiraat mutawatir, sedangkan dalam qiraat syadz dibaca:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَُ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءَ
“Sesungguhnya yang Allah segani dari hamba-hamba-Nya ialah para ulama.”
Keduanya merujuk pada konteks yang sama, yaitu tentang betapa tinggi kedudukan seorang hamba, yang dengan ilmunya, membuatnya takut (taqwa) kepada Allah SWT.
- Keutamaan orang berilmu dari selainnya
Syekh Abdul Aziz al-Syahawi menyadur syair Syekh Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya Hidayatul Adzkiyaa’:
فَلِعَالِمٍ فَضْلٌ عَلَى مَنْ يَعْبُدُ # فَضْلَ البُدُورِ عَلَى الكَوَاكِبِ فِي الجَلاَ
“Orang berilmu memiliki keutamaan atas orang yang hanya beribadah, seperti keutamaan Bulan Purnama atas Bintang-Bintang dalam terangnya.”
Bahkan kata beliau, tidak hanya untuk manusia, anjing yang terlatih (kalbun mua’llam)-pun dalam fikih tidak boleh dibunuh karena fadhilah ilmu yang melekat pada anjing tersebut.
- Rahmat Allah SWT dan seluruh alam bagi para pencari ilmu
Syekh Abdul Aziz al-Syahawi menjelaskan bahwa orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya, maka kebermanfaatan ilmu tersebut tidak hanya akan dirasakan oleh sesamanya, tapi hewan-hewan juga turut merasakannya. Oleh karena itu hewan-hewan ini akan memintakan rahmat Allah SWT kepada para pencari ilmu tersebut, dalam syair Syekh Zainuddin al-Malibari dijelaskan:
كُلٌ يُصَلِّى يَا حَبِيبُ عَلَى الَّذِي # قَدْ عَلَّمَ الخَيْرَ الأُنَاسَ مُحَصِّلاً
“Semuanya memintakan rahmat wahai kekasih, pada orang yang mengajar kebaikan kepada manusia.”
إنَّ الإلَهَ وَأهْلَ كُلِّ سَمَائِهِ # وَالأرْضِ حَتَّى الحُوتَ مَعْ نَمْلِ الفَلاَ
“Sesungguhnya Allah dan penduduk Langit dan Bumi, hingga ikan dan semut sekalipun.”
Tujuan utama seorang hamba tentu semata-mata untuk mengharap ridha Allah SWT. Yang dengan rahmat dan ridha-Nya, akan memudahkan seorang hamba masuk ke dalam surga. Bagi para pencari ilmu, hal tersebut sudah menjadi sebuah jaminan:
مَنْ فِي طَرِيقٍ لِلتَّعَلُّمِ يَسْلُكُ # فَإِلَى الجِنَانِ لَهُ طَرِيقٌ سُهِّلاَ
“Siapapun yang menapaki jalan untuk mencari ilmu, maka dimudahkan baginya jalan menuju surga.”
Hal ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهْ طَرِيْقًا اِليَ الْجَنَّةْ
“Barangsiapa yang berjalan di jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.”
- Keutamaan orang berilmu di Akhirat
Berbagai keutamaan yang disebutkan tadi, hanyalah rahmat Allah SWT yang diberikan kepada hambanya yang berilmu ketika hidup di dunia. Adapun bonus yang didapatkan di Akhirat kelak, orang berilmu diizinkan untuk memberi syafa’at kepada selainnya.
Syekh Abdul Aziz al-Syahawi menjelaskan, Jika sama-sama memenuhi kriteria masuk surga, orang yang hanya beribadah dengan orang yang berilmu, di antara keduanya yang akan masuk terlebih dahulu ialah orang yang beribadah saja. Sedangkan orang yang berilmu akan ditahan oleh malaikat: “intadzir syuwaiya”, “tunggu sebentar”, kata malaikat. Kemudian orang berilmu bertanya: “kenapa kami ditahan terlebih dahulu?”. Malaikat menjawab dan menjelaskan bahwa orang yang berilmu diizinkan untuk memberi syafa’at kepada yang lain sebelum mereka masuk ke dalam surga.
Wallahu a’lam…