Vakum 2 Tahun Karena Pandemi, Haul Simbah KH. Abdurrahman bin Qasidil Haq Diselenggarakan Tahun 2022 ini

 

Setelah sempat vakum selama hampir 2 tahun karena pandemi, akhirnya pada tahun ini Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak dapat menyelenggarakan acara Haul Simbah KH. Abdurrahman bin Qasidil Haq secara langsung. Dimulai dengan rangkaian sima’atul Qur’an oleh keluarga besar bani Abdurrahman dan Tahlil-Manakib bersama masyarakat sekitar Suburan pada Selasa (10/17/2022).

Kemudian puncak acara peringatan Haul KH. Abdurrahman diselenggarakan di halaman Pondok Pesantren Futuhiyyah, Senin (11/7/2022). Ribuan santri dan alumni Pesantren turut datang untuk hurmat dan memeriahkan acara tersebut. Bahkan Sejak subuh, ribuan santri dan alumni yang sebagian jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah sudah berduyun-duyun datang. Sebagian mereka ada yang berziarah terlebih dahulu ke Maqbaroh KH. Abdurrahman, dan ada juga yang sowan ke Ndalem Pengasuh Futuhiyyah.

Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah, KH. Ahmad Said Lafif Hakim mewakili keluarga besar KH. Abdurrahman bin Qasidil Haq menghaturkan rasa terima kasih kepada hadirin yang ikut hurmat dalam acara Haul:

“Alhamdulillah, peringatan Haul bisa kita laksanakan kembali secara terbuka, walaupun sejak 2 tahun vakum karena pandemi Covid-19, tapi sebenarnya saat itu tetap diadakan secara terbatas dan virtual,” ungkap beliau.

Disampaikan juga oleh beliau bahwa Haul KH. Abdurrahman yang biasanya diselenggarakan setiap tanggal 12 Zulhijjah atau dua hari setelah Idhul Adha, Namun untuk tahun ini diadakan lebih cepat yaitu pada 11 Zulhijjah 1443 H:

“Biasanya Haul diperingati setiap tanggal 12 Zulhijjah, namun tahun ini maju sehari karena perbedaan penentuan Idul Adha kemarin. Tetapi yang terpenting adalah esensi pelaksanaan Haul yang sudah terlaksana sejak masa KH Muslih Abdurrahman dulu.”

Kepada para tamu undangan, khususnya keluarga besar Bani Abdurrahman, mengutip dawuh Mbah Muslih Abdurrahman yang disampaikan Almarhum KH. Lutfil Hakim Muslih, Kyai Lafif mengingatkan untuk “cancut taliwondo lan ikhlas ngerumat tinggalane mbahe” (bersungguh-sungguh dan bekerjasama serta ikhlas merawat peninggalan warisan simbah). Artinya semua dzuriyah (anak cucu penerus) harus konsen dan konsisten mengaji dan mengajar santri dengan ikhlas di Pesantren yang ditinggalkan oleh leluhurnya.

Acara Haul diawali dengan pembacaan Maulid Nabi yang dipimpin oleh H. Tahlis Abdillah Pekalongan. Dilanjutkan dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh KH. Ahmad Hambali Mahfudz Rais PCNU Grobogan. Dalam pembacaan manakib (biografi) KH. Abdurrahman bin Qosidil Haq disampaikan oleh KH. Zuhri Wafa Muntaha. Dalam pembacaan manakib tersebut, beliau menyebutkan bahwa Mbah Abdurrahman yang wafat pada 12 Zulhijjah 1360 H bertepatan pada tahun 1941 M dalam usia 70 tahun merupakan sosok panutan yang memiliki karakter dan suri tauladan sebagai ulama.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama dari alumni Pondok Pesantren Futuhiyyah, KH. Mirza Hisbullah dari Pekalongan. Kemudian sambutan dari pejabat daerah yang disampaikan oleh Wakil Bupati Demak, KH. Ali Mahsun. Dilanjut sambutan terakhir dari sahibul bait, Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah, KH. Ahmad Said Lafif Hakim. Dalam kesempatan Haul kali ini, Mauidoh hasanah disampaikan oleh KH. Abdullah Ubab MZ dari Sarang dan KH. Marzuqi Mustamar dari Jawa Timur.

Mbah Ubab (panggilan KH. Abdullah Ubab MZ) menyampaikan bahwa teladan KH. Abdurrahman dan putra-putra beliau, ialah teladan yang diajarkan oleh para aulia. Sehingga secara tidak langsung teladan tersebut bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Sebagai santri maka wajib untuk meneladani akhlak dan perilaku beliau-beliau para pendahulu dan masyayikh Futuhiyyah. Mauidoh kedua disampaikan oleh KH. Marzuqi Mustamar, yang pada penghujung doanya beliau lantunkan syi’ir istighosah yang disadur dari kitab Nurul Burhany karangan KH. Muslih Abdurrahman.

Tampak hadir pula dalam acara Haul ini, KH. Abdul Hadi Muthohar, KH. Syarofuddin Husein Semarang, KH. Syihabuddin Achmad Syakir Ma’shoem Lasem Rembang, KH. Yusuf Abdurrahman Malang, KH. Sofyan Hadi Musa, para kiai dan masyayikh serta pejabat dari Kabupaten Demak maupun Provinsi Jawa Tengah.

Leave a Reply